Dampak
Serius Hipertensi terhadap Kehidupan Ibu hamil
0
Hipertensi
adalah penyakit yang ditandai dengan naiknya tekanan darah secara menetap
(Dipiro dkk, 2011). Kenaikan darah tersebut meliputi aspek systole maupun
diastole yang melebihi 140/90 mmHg. Hipertensi
merupakan suatu penyakit yang serius apabila tidak segera di tangani khususnya
pada ibu hamil. Hal itu dikarenakan, hipertensi menjadi penyebab utama dari
kematian ibu hamil. Survei Demografi Kesehatan pada tahun 2007 menyatakan bahwa
Angka Kematian Ibu yang terjadi sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Selain
itu, sebesesar 90% kematian ibu disebabkan saat terjadinya persalinan dan
kematian setelah persalinan disebabkan oleh eklamsia (24%), infeksi (11%), dan
perdarahan (28%). Selain itu, factor lain penyebab kematian ibu hamil adalah
partus lama (5%), trauma obstetric (5%), dan emboli obstetric (3%). Berikut bahaya
hipertensi pada ibu hamil:
1. Menurunkan
aliran darah ke plasenta
Hal
ini menyebabkan transport nutrisi dan oksigen ke bayi terhambat sehingga
pertumbuhan dan perkembangan bayi terhambat (Lalage 2013).
2. Meningkatkan
resiko rusaknya plasenta. Akibatnya plasenta terpisah dari uterus sebelum
waktunya (Lalage, 2013).
3. Kelahiran
sebelum waktunya bahkan kematian janin di dalam Rahim (Lalage, 2013).
4. Menimbulkan
komplikasi jantung, gagal organ, gangguan pembuluh darah di otak, kematian.
5. Memicu
munculnya penyakit ginjal maupun kardiovaskuler
Sedangkan
factor-faktor penyebab hipertensi pada ibu hamil diantaranya:
1. Primipaternitas
(Hiperplasentosis)
Hiperplasentosis
meliputi DM, hidrops fetalis, bayi dengan ukuran yang besar (kelebihan usia),
dan kehamilan multiple.
2. Penyakit
ginjal
Penyakit
ginjal dapat menimbulkan hipertensi, begitu pula sebaliknya hipertensi dapat
memicu penyakit ginjal ( Bothamley, 2011).
3. Hipertensi
sebelum hamil
4. Primigravida
(kehamilan pertama)
5. Umur
Bertambahnya
usia dapat meningkatkan tekanan darah sistolik. Hal ini dikarenakan,
bertambahnya usia menimbulkan dinding pembuluh darah menjadi kaku serta
menyempitnya lumen.
6. Stres
7. Kebiasaan
merokok
Hal
ini dikarenakan nikotin yang terhisap paru-paru diedarkan ke otak melalui
aliran darah. Selanjutnya otak mengirimkan sinyal kepada kelenjar adrenal untuk
menstimulasikan hormone epinefrin yang dapat menyempitkan pembuluh darah.
Dengan menyempitnya pembuluh darah, maka tekanan menjadi tinggi sehingga
jantung harus bekerja lebih berat.
8. Olahraga
yang kurang
Kurangnya
aktivitas fisik menyebabkan aliran darah menjadi tidak lancer. Oleh karena itu,
dibutuhkan olahraga yang teratur untuk melancarkan aliran darah sehingga
hipertensi menjadi turun. Olahraga yang kurang juga dapat memicu kolesterol,
diabetes mellitus, jantung coroner, dan stroke.
9. Keturunan
atau genetik
Seseorang
yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat hipertensi, preeklamsia, maupun
eklamsia berpotensi lebih besar untuk terkena hipertensi daripada seseorang
yang tidak memiliki riwayat hipertensi pada keluarganya.
10. Konsumsi
lemak dan garam
Konsumsi
lemak dan garam menjadi factor hipertensi karena konsumsi lemak dan garam
secara berlebihan dapat memicu naiknya tekanan darah.
11. Indeks
massa tubuh
Berdasarkan
suatu penelitian, penurunan 1% berat badan dapat menurunkan 1 mmHg sistolik dan
2 mmHg diastolic. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2013)
didapatkan bahwa hipertensi banyak ditemui pada ibu hamil dengan IMT ≤26,0
Ssebanyak 312 (58,8%) dan >26,0 sebanyak 219 (41,2%).
Hipertensi
yang terjadi pada ibu hamil terbagi menjadi beberapa jenis seperti:
1. Hipertensi
kronis
Merupakan
hipertensi yang sudah ada sebelum masa kehamilan berlangsung atau
2. Hipertensi
gestasional
Hipertensi
Gestasional adalah hipertensi yang timbul
saat kehamilan dan menghilang kira-kira 3 bulan pasca melahirkan atau kehamilan
yang ditandai oleh adanya preeklamsia tanpa proteinuria
(Prawirohardjo,
2013).
3. Hipertensi
kronis dengan Superimposed preeclampsia
Merupakan
hipertensi yang terjadi sebelum masa kehamilan namun disertai dengan adanya
kadar protein di dalam urine.
4. Preeklampsia
dan eklampsia
Merupakan
hipertensi pada masa kehamilan yang diikuti dengan komplikasi organ lain.
Preeclampsia
atau eklampsia ini membahayakan janin dan ibu hamil bahkan jika tidak segera di
tangani dapat berujung pada kematian.
Tingginya
angka hipertensi pada ibu hamil menjadi salah satu masalah yang harus segera
ditangani. Berikut cara menanggulangi hipertensi pada ibu hamil:
1. Melakukan
olahraga teratur seperti aerobic (jogging, berjalan kaki, renang, bersepeda).
Olahraga dapat dilakukan minimal 3x dalam seminggu. Dengan berolahraga,
penimbunan lemak menjadi berkurang sehingga menurunkan angka hipertensi.
2. Mengkonsumsi
banyak serat (sayuran dan buah)
Hal
ini dikarenakan konsumsi serat mempengaruhi metabolisme garam empedu,
metabolisme kolesterol, menurunkan kolesterol hati dan darah, dan menormalkan
diameter pembuluh darah.
3. Mengurangi
konsumsi garam dan lemak
Konsumsi
lemak yang tinggi dapat meningkatkan koleterol dalam darah yang dapat memicu
tersumbatnya pembuluh darah sehingga beban kerja jantung menjadi besar.
Sedangkan konsumsi garam secara berlebih dapat meningkatkan sodium dalam sel
pada dinding arteriol mengalami kontraksi sehingga menimbulkan hipertensi.
4. Mengurangi
stress
5. Menghindari
Asap Rokok, alkohol
6. Melakukan
pemeriksaan secara rutin
7
DAFTAR
PUSTAKA
Herwati, & Sartika, W. (2013-2014).
Terkontrolnya Tekanan Darah Penderita Hipertensi Berdasarkan Pola Diet dan
Kebiasaan Olaharaga di Padang Tahun 2011. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Jumaiza, Elvira, D., & Panjaitan, A. A. (2018).
Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Ibu
Hamil Trimester III. Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 127-135.
Radjamuda, N., & Montolalu, A. (2014).
Faktor-Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Ibu
Hamil di Poli Klinik Obs-Gin Rumah Sakit Jiwa Prof.DR. V. L. Ratumbuysang
Kota Manado . JIDAN, 33-34.
Tjekyan, S. S., & Zulkarnain, M. (2017).
Faktor-Faktor Risiko dan ANgka Kejadian Hipertensi pada Penduduk Palembang. Jurnal
Ilmu Kesehatan Masyarakat.